Senin, 11 Juli 2011

Pendidikan Di Indonesia

Pendidikan di Indonesia tertinggal tiga tahun dibandingkan dengan negara negara yang ada di Asia Tenggara. Hal itu berkolerasi dengan kemajuan ekonomi bangsa Indonesia dibandingkan dengan negara tersebut.
Demikian dikatakan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla saat memberikan kuliah umum "Edupreuneurship" di Gedung JICA Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Jln. Setiabudhi Bandung, Jumat (19/2). Pada 1960, dia mengatakan, pendidikan di Indonesia memiliki level yang sama dengan negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Filipina. Namun, saat ini, kemajuan bangsa Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara tersebut. "Apakah orang Indonesia kurang pintar dibandingkan dengan mereka? Iya," ucapnya.
Kalla mengatakan, selama 20 tahun siswa di Indonesia mengalami rasa tidak pernah belajar. Pasalnya, siswa merasa bahwa belajar maupun tidak sama saja akan lulus. Apalagi saat itu muncul stigma pada siswa bahwa belajar hanya dilakukan saat akan ujian.
Kalla pun membandingkan soal ujian di Indonesia dengan di tiga negara Asia Tenggara yaitu Malaysia, Singapura, dan Filipina. "Hasilnya ternyata ujian SD mereka sama dengan SMP. Apalagi Malaysia dan Singapura, soal ujiannya dibuat Oxford," kata dia.
Menurut Kalla, perlu dibedakan antara ujian sekolah dan Ujian Nasional. "Ujian Nasional menguji apa yang seharusnya dia tahu, sementara ujian sekolah menguji apa yang dia (siswa) pelajari," ujarnya.
Untuk itu, pada 2003, dia melakukan tes untuk beberapa sekolah dengan standar kelulusan lima. Dari hasil tersebut didapatkan angka kelulusan hanya mencapai 50 persen. Standar kelulusan tersebut kemudian diturunkan menjadi angka empat yang hasilnya ternyata masih ada 30 persen yang tidak lulus. Hal itulah yang menyebabkan standar kembali diturunkan lagi menjadi 3,5 yang untuk selanjutnya akan naik setengah setiap tahunnya sampai mencapai enam.
Sementara itu, Rektor UPI Sunaryo Kartadinata mengatakan, saat ini yang menjadi masalah bukan lagi pro dan kontra masalah Ujian Nasional. Namun, yang perlu dipikirkan saat ini adalah bagaimana caranya agar Ujian Nasional bisa dijalankan dengan jujur. Kejujuran yang dimaksud harus dilaksanakan oleh semua pihak baik siswa, guru, orang tua, maupun instansi yang bersangkutan. Dengan demikian, tujuan di balik adanya Ujian Nasional itu bisa tercapai dengan optimal. (A-185)***